Senin, 27 Juni 2022

Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

Pertemuan ke-18 Kelas Belajar Menulis PGRI
Senin, 27 Juni 2022

Malam ini kelas belajar menulis PGRI akan belajar MENERBITKAN BUKU SEMAKIN MUDAH DI PENERBIT INDIE. Pemateri malam ini adalah bapak RAIMUNDUS BRIAN PRASETYAWAN, beliau biasa disapa dengan nama Pak Brian. 
Supaya lebih mengenal Pak Brian, marilah kita simak biodata beliau.

 Raimundus Brian Prasetyawan, S. Pd lahir di jakarta, 30 Juni 1992. Kini tinggal di Bekasi dan berprofesi sebagai guru SD di Jakarta. Memulia aktifitas menuli ketika blog pertamanya (www.praszetyawan.com) dibuat pada 2009. Profilnya pernah dimuat dalam buku berjudul "Majors For The Future". 

Riwayat Pendidikan

SD Strada Kampung Sawah (1998-2004)

SMP Strada Kampung Sawah (2004-2007)

SMA Pangudi Luhur II Servasius (2007-2010)

PGSD Unika Atma Jaya Jakarta (2010-2014)

Riwayat Pekerjaan

Guru SD Santo Mikael, Jakarta (2014-2015)

Guru SDN Sumur Batu 01 Pagi, Jakarta (2015-sekarang)

Buku Solo:

1. Blog Untuk Guru Era 4.0 (Januari 2020)

2. Aksi Literasi Guru Masa Kini (Mei 2020)

3. Menerjang Tantangan Menulis Setiap Hari (Juni 2020)

Prestasi

1. Juara II Lomba Blog Diaryclare Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya (2013)

2. Penulis Terbaik II Buku Antologi Rona Rasa (2020)

3. 20 Naskah terpilih Buku Antologi Kembara Bakti

4. 38 Naskah terpilih Buku Antologi Jejak Keberhasilan

5. Parasamya Susastra Nugraha 2020

6. Juara II Lomba Best Practice PGRI Kec. Kemayoran (2021)

Pengalaman Organisasi:

Relawan Pengurus Pelatihan Belajar Menulis PGRI bersama Om Jay

Ketua Komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional

Berdasarkan profil beliau, pemateri kita kali adalah sosok yang sangat luar biasa. Tidak perlu menunggu lama, kita langsung belajar dengan materi Menerbitkan Buku Semakin Mudah dengan Penerbit Indie

Pada awal pertemuan pemateri menyapa peserta dan  memberikan semangat kepada peserta bahwa pada masa sekarang ini menerbitkan buku sangat mudah karena sekarang ini ada penerbit indie yang melayani penerbitan buku tanpa seleksi. Dahulu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Erlangga, Grasindo, Elex media, Andi dll.

Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama. Kini ada penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut, karena bersama penerbit indie Naskah pasti diterbitkan dan Proses penerbitan mudah dan cepat.

Ciri-ciri Penerbit Indie

1. Tidak ada seleksi karena semua jenis naskah diterima

2. Proses terbitnya cepat antara 1 - 3 bulan 

3. Biaya penerbitan bervariasi tergantung ketentuan dan fasilitas penerbitan

4. Biaya Cetak ulang dan ongkir ditanggung penulis

5. Penulis menentukan sendiri harga bukunya 

6. Tidak memasarkan buku ke toko buku 

7. Penulis yang harus memasarkan sendiri bukunya jika ingin bukunya laris

Bagi penulis pemula  tentu penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Memang  kalau di penerbit indie, kita perlu keluar biaya untuk mendapat fasilitas pra cetak penerbitan tetapi hal itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penerbit indie.

1. Biaya penerbitan

2. Fasilitas penerbitan

3. Batas maksimal jumlah halaman

4. Ketentuan dan Biaya cetak ulang

5. Apakah dapat Master PDF

6. Lama penerbitan

7. Jumlah buku yang didapat penulis

Berikut penerbit yang disarankan Pak Brian

Perbedaannya terletak pada huruf yang di cetak tebal. Pada penerbit Depok ada paket gratis, tapi ada minimal cetak 40 eksemplar. Paket ini biasanya dipakai untuk sekolah yang memang cetak banyak. Sehingga tidak perlu memikirkan biaya penerbitan lagi. Penerbit Depok cocok untuk bapak/ibu yang memang hanya sekedar menerbitkan buku saja, dan tidak berencana cetak ulang, untuk pribadi saja, sehingga  tidak perlu jumlah buku yang banyak. 

Sedangkan pada Penerbit Malang cocok untuk bapak/ibu yang  berencana menjual bukunya, karena jumlah buku yang diberikan lebih banyak. Dengan biaya penerbitan 650.000 terhitung lebih hemat. Jika stok buku habis, bisa cetak ulang lagi dengan biaya cetak per buku lebih murah dibanding penerbit depok.

Setelah mempelajari materi yang telah dipaparkan Pak Brian, saatnya sesi tanya jawab dengan peserta dan rangkumannya adalah sebagai berikut. 

1. Syarat yang  agar suatu terbitan buku Suatu penerbit mendapatkan ISBN adalah dipasarkan secara luas. Syarat ini otomatis terpenuhi pada penerbit  karena memang bukunya dipasarkan secara luas. Sedangkan pada penerbit Indie harus menyesuaikan syarat ini agar memenuhi ketentuan "dipasarkan secara luas" dan di 2 penerbit rekanan pak Brian bisa memenuhi syarat itu. 

Penerbit Indie biasanya memasarkan bukunya melalui web, medsos atau market place yang dimiliki tetapi hasilnya kurang maksimal sehingga diharapkan penulis tahu siapa target bukunya

2. Tidak ada syarat naskah diterima oleh penerbit Indie, tetapi ada ketentuan dari penerbit Indie tersebut. Apabila menerbitkan buku sendiri, maka layout dan cover dikerjakan sendiri dan tidak bisa ISBN. Perbedaan penerbit mayor gratis tetapi ada seleksi. Penerbit Indie, tidak ada seleksi tetapi berbayar. 

3. Untuk membuat buku solo bisa melalui kumpulan resume selama pelatihan ini. Resume tersebut di gabungkan dalam 1 file  disertai kelngkapan naskah sehingga menjadi naskah buku

4. Peserta bisa memilih cover sendiri dari luar penerbit pak Brian. Apabila menginginkan untuk include editing berarti sebaiknya memilih penerbit malang. Penyerahan buku pada puspresnas ditanggung oleh penerbit. Biaya ISBN dan QRCBN sama, yang membedakan adalah lama waktu terbitannya. 

5. Tidak harus menerbitkan buku solo dari hasil  resume temanya bebas, bisa kumpulan cerpen, puisi, perjalanan hidup dan lain sebagainya yang penting hanya ditulis oleh 1 satu orang (solo)

6. Tidak bisa membandingkan penerbit mana yang baik karena mereka memiliki karakteristik tersendiri dan peserta bisa memilih sesuai kondisi dan keinginan peserta

7. Tips meskipun menerbitkan buku ke penerbit Indie tetapi buku kita bisa laris di pasaran adalah dengan memaksimalkan medsos dan media online apapun. Share ke grup yang memang cocok dengan tema buku tersebut. Yang lebih ampuh adalah dengan japri ke teman-teman dekat kemudian promo kemudian posting cuplikan isi buku ke medsos. 

8. Batas minimal cetak buku mengikuti yang disediakan penerbit 

9. Format draft 

Cover (judul buku dan nama penulis saja), prakata, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, sinopsis. 

Closing statement dari pemateri malam ini adalah menerbitkan buku sekarang mudah karena ada penerbit Indie. Jangan takut menerbitkan buku solo apabila sudah punya naskah, siapa tahu orang memerlukan tulisan kita. Disisi lain kita juga harus bertanggung jawab terhadap tulisan kita, harus dibaca ulang sebelum dikirim ke penerbit. 

Berdasarkan materi yang disampaikan Pak Brian, kita jadi semakin tahu berbagai macam penerbit dan fasilitas-fasilitas yang diberikan. Tinggal kita akan memilih penerbit yang mana, yang sesuai dengan keinginan kita. Pada intinya, sebelum menerbitkan buku kita harus memperhatikan dengan tepat syarat-syarat yang di tentukan oleh penerbit. Kerjasama yang baik antara penulis dan penerbit akan sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan penerbitan buku solo kita. 

Salam Literasi !






4 komentar:

Jurnalisme Kebangsaan Sesi Kolaborasi dengan Prof. Eko Indrajit

                 Nama saya Purbaniasita, biasa dipanggil Sita. Saya adalah seorang guru Bimbingan Konseling (BK) di SMA Negeri 2 Malang. Ino...