Senin, 12 September 2022

Semangatmu adalah Ikhtiarmu

Kesukaan saya pada bidang tulis menulis sebenarnya sudah dimulai sejak SMA, pada saat itu saya lebih suka menulis cerpen. Saya siapkan buku khusus untuk menulis cerpen tapi tulisan itu saya nikmati sendiri karena memang saya tidak percaya diri untuk mengirimkan tulisan saya. Setelah lulus SMA dan karena kesibukan kuliah, hobi menulis saya tinggalkan hingga akhirnya pada tahun 1999 saya diajak kakak sepupu saya yang terlebih dahulu masuk grup Pegiat Literasi Nusantara untuk mengikuti tantangan membuat buku antologi dengan tema Go To 2020 yang intinya harapan dan rencana yang akan di susun di tahun 2020. 
Antara ya dan tidak, maju mundur, galau menyelimuti saya. Saya ingin menulis tapi takut salah, takut tulisan saya tidak bisa dipahami orang lain dan berbagai macam kekhawatiran yang lain, tetapi keinginan saya untuk bisa menulis mengalahkan keraguan saya. Akhirnya saya MENCOBA ikut menulis antologi dengan tema Go To 2020 saat itu yang menjadi kurator adalah kakak sepupu saya mbak Dian Riasari. Dari situlah saya mengenal Bunda Kanjeng dan menjadi dekat dengan beliau. Setelah itu saya saya ikut tantangan menulis antologi yang ke 2 yaitu Bunga Rampai Pendidikan Karakter, disana saya membahas mengenai Tata Krama dalam Budaya Jawa disusul dengan antologi ke 3 dengan judul Pesona Kearifan Lokal Nusantara, saat itu saya membahas mengenai Tahlilan dalam Budaya Jawa. 

Setelah ikut menulis 3 buku antologi, semangat menulis saya semakin besar, grup pegiat literasi saya ikuti. Diantara sekian banyak tantangan, saya selalu memilih tema yang saya kuasai. Saya tidak perduli tulisan saya itu benar atau salah, bisa dipahami atau tidak, dengan percaya diri saya kirim naskah-naskah saya pada kurator. Biasanya sebelum buku diterbitkan, akan ada editor yang akan meneliti tulisan saya. Memang setiap antologi yang saya ikuti ada biaya tapi menurut saya itu sepadan dengan apa yang kita hasilkan. Selain mendapat buku yang ditulis bersama, setiap peserta antologi juga mendapatkan sertifikat sebagai peserta. 

Pada saat itu, organisasi Musyawarah Guru BK mengadakan pertemuan dan materi yang disampaikan adalah mengenai menulis. Teman-teman MGBKmeminta saya untuk mencarikan pemateri, karena waktu itu masih pandemi sehingga kegiatan dilaksanakan secara virtual. Dengan bangga, saya menghadirkan Bunda Kanjeng sebagai pemateri dan setelah itu teman-teman guru BK diminta untuk membuat antologi dengan tema  Catatan Guru BK dalam Literasi dan Mengabdi dengan saya sebagai Kuratornya. Antologi tersebut menceritakan pengalaman pertama menjadi guru BK dan sepak terjang seorang guru BK dalam menangani permasalahan siswa. Hal yang membuat saya agak kecewa karena ternyata yang mengikuti antologi tersebut hanya 6 orang. Akhirnya supaya bukunya tidak terlalu tipis, bunda Kanjeng meminta saya menulis 2 cerita. Pada saat saya sampaikan pada teman-teman, saya tidak mengira bahwa ternyata ada 2 orang teman saya yang bersedia menuliskan 2 cerita juga. Sehingga total tulisan di buku menjadi 9 dan alhamdulillah buku antologi Catatan Guru BK dalam Literasi dan Mengabdi berhasil terbit. Hingga sekarang jumlah buku antologi saya sudah sekitar 19 buku dan memang ada kebanggan tersendiri yang saya rasakan dengan mengikuti tantangan menulis antologi tersebut. 

Perjuangan saya untuk bisa menjadi seorang penulis tidak lepas dari dukungan bunda Kanjeng, kakak sepupu saya mbak Dian Riasari, almarhum ibu saya, suami dan anak-anak saya. Alhamdulillah sampai saat ini Allah juga masih mengijinkan saya untuk menulis di blog, karena saya mempunyai impian untuk bisa menerbitkan buku solo. 
Suatu hari, saya diajak mbak Dian untuk bertemu bunda Kanjeng di daerah Sengkaling. Bunda Kanjeng hadir di malang karena ada kegiatan Pelatihan dan Pelantikan Trainer Puisi Telelet, disana saya bertemu dengan bunda Widya Setiyaningsih, salah satu anggota pegiat literasi. Waktu itu saya hanya memperhatikan saja, beliau begitu lincah, energik dan sangat bahagia sekali bisa bertemu dengan kami semua. Dalam bahasa gaya belajar, beliau termasuk kinestetik yaitu metode gaya belajar yang selalu bergerak dan bereksperimen 😂. Senang sekali waktu itu karena bisa bertemu dengan sosok-sosok yang luar biasa. 
Suatu ketika saat melihat-lihat status WA teman-teman, tidak sengaja saya melihat status WA bunda Widya yang intinya mengenai Kelas Belajar Menulis PGRI yang diasuh oleh Om Jay. Sudah lama saya penasaran dengan Kelas Belajar Menulis PGRI dan ingin mengikuti kegiatan tersebut. Segera saja saya japri bunda Widya untuk menanyakan bagaimana caranya supaya saya bisa mengikuti kelas belajar menulis tersebut. Akhirnya oleh bunda Widya saya diberi link untuk masuk grup kelas belajar menulis. Waktu itu saya masuk grup kelas belajar menulis gelombang 24. Tetapi karena materinya sudah banyak dan saya tertinggal,  akhirnya saya masuk grup BM hanya menyimak saja. Tetapi saya senang sekali, akhirnya perjuangan saya untuk bisa masuk kelas BM bisa terwujud karena semangat dan motivasi yang sangat kuat terutama dari diri saya sendiri. Hal yang bisa diambil pelajaran dari apa yang saya sampaikan tadi bahwa seseorang maju atau tidak tergantung dari KEMAUAN orang itu sendiri. Sebanyak apapun orang lain memberikan motivasi, selama diri kita tidak mau maka semuanya akan sia-sia. 
Selain itu usaha tidak akan mengkhianati hasil, seseorang yang mau berusaha insyaallah Allah pasti akan mengijabah apapun yang diikhtiarkan. Jadi jangan patah semangat, terus berusaha, selanjutnya pasrahkan hasilnya pada pemegang kehidupan Allah SWT. 

Salam Literasi !

4 komentar:

Jurnalisme Kebangsaan Sesi Kolaborasi dengan Prof. Eko Indrajit

                 Nama saya Purbaniasita, biasa dipanggil Sita. Saya adalah seorang guru Bimbingan Konseling (BK) di SMA Negeri 2 Malang. Ino...