Minggu, 12 Juni 2022

Semangat yang luar biasa

Namanya Feby, dia adalah siswa binaanku. Feby adalah gadis yang baik, dia selalu taat peraturan sekolah, tugas-tugaspun dia laksanakan dengan baik. Dia anak terakhir dari 4 bersaudara. Semua kakaknya telah bekerja dan menikah, hanya tinggal Feby yang masih sekolah. Kedua orang tua Feby mempunyai usaha pabrik keripik dan mempekerjakan tetangga di sekitarnya. Kelas X diselesaikannya dengan baik, saatnya kelas XI dan saat itu hampir bersamaan dengan pandemi, Feby mulai jarang masuk sekolah, pembelajaran juga kadang diikuti kadang tidak. Beruntunglah aku mempunyai nomer hp orang tuanya, pada saat menghubungi orang tuanya beliau menyampaikan bahwa Feby menderita sakit kurang darah. Aku meminta beliau membuatkan surat ijin sebagai salah satu prosedur dari sekolah mengenai ketidakhadiran siswa. 
Lebih kurang 4 bulan setelah itu, Feby masih tidak masuk. Kembali aku menghubungi orang tuanya untuk menanyakan perkembangan Feby. Menurut informasi dari orang tuanya, ternyata Feby menderita kanker darah. Aku terkejut sekali mendengar berita itu, hanya orang tuanya menyampaikan padaku kalau Feby tidak tahu keadaan tersebut dan aku berjanji tidak akan menyampaikan hal tersebut pada Feby. Aku menyadari hal itu pasti berat untuk keluarga karena itu aku menghargai keputusan keluarga untuk merahasiakan hal tersebut pada Feby. 
Sejak mengetahui berita itu, aku berusaha semakin intens menghubungi Feby untuk menanyakan keadaannya, sesekali dia mengeluh kalau capek dan badannya sakit semua, Hb darahnya juga selalu turun. Aku berusaha menenangkan dan memberikan semangat padanya, aku yakinkan bahwa dia pasti segera sehat. Tapi rupanya Feby mulai merasa aneh, dia curiga terhadap keadaan dirinya dan akhirnya dia tahu kalau mengidap kanker darah. 

Suatu ketika aku menyempatkan untuk melakukan kunjungan ke rumahnya sekaligus menjenguknya. Pada saat itu aku berangkat bersama wali kelasnya. Keadaannya memang sangat memprihatinkan, tubuhnya kurus sekali dia bilang kalau dia tidak kuat berdiri terlalu lama, sehingga yang bisa dia lakukan hanya rebahan dan duduk, duduk pun tidak bisa terlalu lama sehingga aku minta dia untuk tiduran saja. 
Pada saat itu Feby cerita kalau setiap bulan dia harus transfusi darah sebanyak 3 sampai 4 ampul karena Hb dan trombositnya turun dan setelah transfusi darah tubuhnya selalu terasa tidak karu-karuan dan sakit semua keadaan tersebut biasanya dia rasakan selama satu minggu penuh. Pengobatan melalui medis dan alternatif dia lakukan, karena semata mata dia ingin segera sembuh dan bisa mengikuti pembelajaran di sekolah. 
Pada saat itu, Feby juga bercerita kalau dia selalu berusaha mengumpulkan tugas-tugasnya tepat waktu. Dia menyadari bahwa dia mengalami keterbatasan tidak bisa hadir secara langsung ke sekolah, oleh karena itu dia berinisiatif supaya bisa segera mengumpulkan tugas-tugasnya. Aku dan pak Indra wali kelasnya memberikan semangat dan dukungan kepadanya supaya selalu optimis untuk sehat, meskipun sebenarnya melihat keadaannya yang seperti itu kecil kemungkinannya untuk sembuh. Tak lama kemudian, kami berpamitan untuk kembali ke sekolah. 

Satu tahun telah berlalu, keadaan Feby tetap seperti itu dan aku tetap memantaunya lewat WA untuk menanyakan kabar dan keadaannya. Melalui WA dia bercerita kalau dia sudah menemukan dokter yang cocok, dokter itu bisa menangani secara medis dan secara alternatif. Banyak orang yang mengalami kanker, tumor dan sejenisnya bisa sembuh melalui beliau. Aku ikut bahagia mendengarnya. Pada saat itu kakak Feby WA padaku beliau menyampaikan bahwa keadaan Feby agak membaik dan Feby ingin berkunjung ke sekolah. 
"Dia sudah janjian dengan teman-temannya untuk bertemu, Bu" kata kakaknya waktu itu
Aku bahagia sekali mendengar berita itu, segera aku siapkan tempat di ruang BK. Tak berapa lama Feby dan kakaknya datang, aku peluk dia dan dia mengatakan badannya sudah kuat tetapi aku tetap berpesan padanya meskipun sudah enakan tetap harus hati-hati. Feby mengangguk, tak berapa lama teman-temannya datang dan kubiarkan mereka ngobrol dan melepas rindu. 
Setelah bertemu teman-temannya Feby terlihat bahagia sekali, tampak rasa puas tergambar di wajahnya. Rupanya bertemu teman-temannya merupakan salah satu obat untuk meningkatkan semangatnya. 
Keadaan Feby yang demikian, tidak luput dari pantauan sekolah. Setelah mendengar informasi kalau Feby menderita kanker darah, aku segera melaporkan hal tersebut pada wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Wakil kepala sekolah memahami dan memintaku untuk mendampingi dan memberikan motivasi untuknya. Alhamdulillah Feby bukanlah tipe anak yang "memanfaatkan" penyakitnya. Meskipun dalam keadaan sakit dia berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Pernah suatu ketika aku bertanya pada bapak ibu guru pengajar di kelasnya mengenai tugas-tugas Feby, rata-rata beliau semua mengatakan bahwa tugas Feby sudah selesai. Sebagai guru BK nya aku merasa terharu di tengah keterbatasannya, dia masih tetap berusaha. 

Awal semester 6 mulai berjalan, tibalah saatnya siswa kelas XII  dihadapkan untuk ujian sekolah dan persiapan masuk ke perguruan tinggi negeri. Pada saat itu aku menghadap wakil kepala sekolah urusan kurikulum untuk konsultasi mengenai ujiannya Feby dan wakil kepala sekolah menyampaikan bahwa kalau Feby kuat, dia bisa mengerjakan ujian semampu dia tetapi kalau tidak kuat tidak usah dipaksakan. 
"Bu, kalau keadaan saya seperti ini lalu ujian saya bagaimana" tanyanya saat itu,
"Kamu tidak usah terlalu banyak berfikir Feb. Kemarin saya sudah menghadap wakil kepala sekolah, beliau menyampaikan kalau kamu kuat, kamu bisa mengerjakan ujian semampumu tetapi kalau tidak kuat tidak usah dipaksakan" balas ku 
"Ya Bu, terima kasih" jawabnya
Dua hari kemudian, dia WA lagi
"Saya pingin kuliah Bu"katanya 
"Ya nak, kamu pasti bisa masuk perguruan tinggi yang penting kamu segera sehat ya" balasku
"Iya Bu" jawabnya lagi. 
Aku terenyuh membaca pesan WA itu, betapa luar biasa semangatnya untuk sekolah dan belajar. Meskipun dalam keadaan sakit, dia masih memikirkan ujian dan kuliah. Tak terasa air mataku menetes
"Semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu Feb" bisikku dalam hati. 

Satu minggu setelah itu, Feby WA lagi dia menyampaikan bahwa dia baru saja opname  karena keadaannya drop, pembuluh darah di hidung dan di mulutnya pecah. Mimisan tidak berhenti dan dari mulutnya juga demikian sehingga harus transfusi dia mengabarkan kalau keadaannya sekarang sudah membaik. 
Tak berapa lama kakak Feby datang ke sekolah dengan membawa hasil lab, beliau mengatakan bahwa seminggu yang lalu Feby drop dan harus opname karena memikirkan ujiannya, aku juga menyampaikan bahwa sebelumnya aku sudah WA pada Feby supaya konsentrasi pada kesehatannya saja. Tetapi karena memang Feby tipe anak yang bertanggung jawab sehingga dia merasa tidak nyaman bila tidak mengerjakan ujian. 
Keesokan harinya, kembali aku menghadap wakil kepala sekolah untuk meminta ijin melakukan kunjungan ke rumah Feby dan menceritakan pertemuan dengan kakak Feby kemarin. Alhamdulillah oleh wakil kepala sekolah diijinkan. Aku bersama temankupun berangkat, sesampai disana kami ditemui Feby dan kakaknya. Feby terlihat lebih segar, tetapi pandangannya sayu, dia melihatku dan mengatakan, 
"Saya takut Bu, pengalaman saya drop kemarin benar-benar menakutkan" katanya lagi. 
Aku tetap memberinya semangat dan memintanya untuk menyerahkan semuanya pada yang Maha Kuasa. Ikhtiar dan berdoa sudah dilakukan, sekarang saatnya untuk memasrahkan semuanya pada Allah. Feby mengangguk mendengarkan penjelasanku. Selain itu, aku juga menyampaikan supaya dia tidak usah terlalu memikirkan ujian,  Karena sikapnya yang baik dan sangat menghormati bapak ibu guru dan usahanya menyelesaikan tugas tepat waktu sudah membuktikan bahwa dia bertanggung jawab dan sungguh-sungguh dalam belajar. Akhirnya dengan perjuangan yang luar biasa, Feby bisa menyelesaikan ujiannya

13 hari setelah kunjungan ke rumahnya aku mendapat kabar kalau keadaannya ngedrop dan harus opname lagi. Waktu itu aku WA dia dan dia menyampaikan bahwa dia kembali mimisan dan haid selama dua minggu tidak berhenti sehingga hb darahnya menjadi turun. Semangat dan doa selalu aku sampaikan padanya supaya dia sabar dan pasrah pada yang maha kuasa. 
Saat itu aku baru saja pulang dari sekolah dan berencana akan ke luar kota menjenguk keponakan yang habis melahirkan. Dari awal akan berangkat, rasanya malas sekali. Ingin di rumah saja sebenarnya, tetapi di sisi lain juga ingin menjenguk bayi mereka. Tak berapa lama, hp ku berdering ternyata kakak Feby yang telefon dan tiba-tiba saja dadaku berdegup kencang "jangan-jangan ... " bisikku saat itu
"Halo  mbak" jawabku 
"Maaf Bu, mau ngabari kalau Feby meninggal" kata kakak Feby. Aku terkejut dan segera mengajak suamiku berangkat ke rumah Feby.
Bagiku Feby adalah anak yang luar biasa, kemandiriannya, tanggung jawabnya membuat bapak ibu guru memberikan penghormatan padanya. Bapak ibu guru bersaksi bahwa Feby adalah anak yang baik, kalau dia belum bisa menyelesaikan tugasnya maka dia menghubungi bapak ibu guru untuk meminta tenggang waktu. Selain itu semangat dan perjuangannya untuk sembuh dan untuk sekolahnya begitu luar biasa. Kira-kira 2 tahun dia menderita sakit dan hal itu dijalani dengan ikhlas dan tawakal. Dukungan keluarga juga menjadi semangat tersendiri untuk Feby. Semoga Husnul Khatimah Feby, insyaallah Jannah menantimu. 




2 komentar:

Jurnalisme Kebangsaan Sesi Kolaborasi dengan Prof. Eko Indrajit

                 Nama saya Purbaniasita, biasa dipanggil Sita. Saya adalah seorang guru Bimbingan Konseling (BK) di SMA Negeri 2 Malang. Ino...