Sudah bosan rasanya aku menunggu berjam-jam. Memang benar orang bilang menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan,
"kalau bukan karena aku membutuhkan pekerjaan itu, sudah dari tadi aku pergi dari tempat ini" bisikku dalam hati. Dari awal aku datang, sudah banyak orang yang antri, memang pekerjaan itu sangat menjanjikan sehingga banyak orang yang tertarik untuk mencoba, termasuk aku.
Ku perhatikan beberapa orang lalu lalang membereskan berkas lamaran mereka yang belum lengkap. Beberapa orang lagi sedang bercakap-cakap di dekat pintu masuk sebuah ruangan. Di depan pintunya tertulis "ruang interview". Ku hitung masih sekitar 30 orang lagi denganku yg antri akan masuk ruangan itu.
Aku menghela nafas panjang, begitu beratnya sebuah perjuangan untuk memperbaiki masa depan.
"Di era online jaman sekarang, ternyata masih ada juga melamar pekerjaan dengan cara jadul begini" pikirku lagi
Ku kira dengan datang lebih pagi aku bisa dapat nomor antrian awal, tetapi ternyata sama saja.
"Masih 25 orang lagi " bisikku lagi. Aku berusaha menenangkan diri, diantara bunyi krucuk-krucuk yang lamat-lamat ku dengar. Ku alihkan perhatianku dengan melihat-lihat sekeliling tempat itu. Untunglah yang membawa nomor antrian nantinya akan dipanggil, kalau tidak aku tidak akan mungkin bisa berkeliaran untuk meredakan kebosananku saat menunggu antrian.
Gedung interview ini memang tidak begitu besar, tetapi luas sekali. Gedungnya berada di tengah dan di sekitarnya terlihat beberapa taman yang ditata sangat rapi. Agak menyesal rasanya, kenapa tidak dari tadi aku jalan-jalan ke taman yang sangat indah ini. Segera kulangkahkan kakiku menyusuri taman bunga yang asri itu sambil sesekali mencium bunga mawar yg sedang bermekaran disana. Pelan-pelan sekali aku memegang tangkainya, khawatir kalau bunganya rontok. Sesekali kusempatkan untuk foto selfie, dengan senyum mengembang ku teruskan jalan-jalanku. Sejenak aku melupakan antrian interviewku karena terkesima dengan taman bunga itu. Dari jauh sayup-sayup terdengar nomer antrian 20 sedang dipanggil.
Kini langkahku berhenti pada sebuah gazebo dengan kolam ikan di bawahnya. Kolam ikan itu juga terlihat jernih, menandakan bahwa kolam itu selalu terawat. Terlihat makanan ikan mengapung diatasnya sepertinya ikan-ikan itu baru saja diberi makan. Sambil melepas lelah setelah berjalan-jalan, aku duduk di gazebo itu, bunyi krucuk-krucuk mulai terdengar lagi tapi aku abaikan ah ... masih pukul 11. 00 pikirku waktu itu. Sambil bersandar pada tiang penyangga, aku perhatikan ikan-ikan yang sedang berenang di kolam itu, mereka dengan lincahnya berenang kesana kemari.
Tak berapa lama, dari kejauhan aku melihat dua orang wanita membawa nampan, berjalan menuju ke arahku. Sepertinya nampan itu berisi makanan dan minuman, karena aku tidak merasa memesan apa-apa aku berpura-pura tidak memperhatikan ke dua orang wanita tadi. Begitu mereka berada di depanku, mereka bilang
"Mbak, ini pesanannya mbak sudah datang"
"Lho, saya ndak pesan ini mbak. Lagi pula saya kesini dalam rangka mau interview. Saya tahu kok kalau disini bukan rumah makan" kataku menjelaskan. Sekilas kulirik nampan berisi makanan itu, terlihat beberapa ikan goreng yang sangat masih hangat dan menggoda, dengan nasi, sambal dan lalapan. Sedangkan mbak satunya membawa nampan berisi beberapa minuman, ada air mineral dan es degan disana. Melihat menu lengkap itu perutku kembali konser dan semakin hebat.
"Kami ndak tahu mbk, kami cuma diminta untuk mengantarkan ini pada mbk" kata salah satu dari mereka.
"Apa memang salah satu fasilitas interviewnya adalah diberi makan siang?" tanyaku masih kekeuh berusaha menolak hantaran makan siang itu.
"Sekali lagi kami mohon maaf, kami hanya diminta untuk mengantar makanan ini" kata mereka sambil meletakkan nampan-nampan itu di depanku dan meninggalkan aku bersama nampan-nampan nan menggoda itu.
Aku semakin kebingungan, antara aku memang sedang lapar tetapi aku juga tidak mau memakan makanan itu sebelum jelas dari siapa. Ku garuk kepalaku yang tidak gatal, aku menoleh ke kanan dan kekiri siapa tahu ada orang yang bisa kutanya mengenai hal ini. Tapi rupanya tidak ada orang sama sekali yang bisa aku tanya. Karena perutku sudah tidak dapat dikondisikan, tanpa pikir panjang lagi aku makan lalapan ikan goreng tersebut. Mantap sekali rasanya, perpaduan ikan yang baru saja matang dengan nasi hangat dan sambal terasa sangat nikmat di lidahku. Begitu juga dengan es degannya yang benar-benar segar membuat makan siangku kali ini sangat istimewa. 3 Ekor ikan goreng telah masuk dengan sukses dalam perutku, air mineral dan es degan juga telah tandas.
"Lalu ini gimana" bisikku saat melihat nampan-nampan itu telah kosong. Ah ... nanti saja lah, kalau aku sudah mau balik saja pikirku lagi.
Setelah makan, aku kembali bersandar di tiang gazebo sambil kembali melihat ikan-ikan yang sedang berenang. Tak berapa lama mataku mulai mengantuk, kira-kira setengah jam aku memejamkan mata, tiba-tiba ada yang membangunkanku
"Mbak, bangun mbak"
Aku berusaha membuka mataku yang masih lengket, sambil menerjap-nerjapkan mata aku melihat laki-laki yang tadi membangunkanku
"Iya, ada apa mas?" tanyaku
"Mbak tidur disini sudah lama lo. Mbak apa gk pulang, sekarang sudah siang" kata mas itu lagi. Seketika aku terkejut
"Lho, saya barusan tidur mas. Lagipula saya disini juga nunggu antrian mau interview" kataku menjelaskan.
"Interviewnya hari ini sudah selesai mbak, sekarang sudah jam 2 lebih. Besok interviewnya dilanjut lagi" kata mas itu menjelaskan.
"Sudah selesai bagaimana, tadi saya denger dari sini masih antrian nomer 20" kataku tidak mau kalah dan berusaha menjelaskan
"Nomer antrian mbak berapa" masnya bertanya lagi
"Saya nomor 30" jawabku sambil menunjukkan nomor antrian padanya
"Ooww dari tadi sudah dipanggil-panggil, karena ndak ada jawaban akhirnya nomer selanjutnya yang datang" kata mas itu lagi.
Aku masih berusaha memulihkan kesadaranku, kulirik jam tangan yang ada di pergelangan tanganku pukul 14.30 tertulis disana. Lemas sudah badanku, berarti tadi aku bermimpi, dan ikan-ikan goreng itu pun hanya mimpi. Ku cari nampan bekas makanku tadi ternyata memang tidak ada, dan keadaanku saat ini sama persis saat aku bersandar di tiang gazebo dan memperhatikan ikan-ikan yang berenang tadi. Setelah benar-benar sadar,
"Iya mas, makasih sudah membangunkan saya" kataku sambil meninggalkan tempat itu.
Wah asik lelah ngantuk lapar lihat ikan...sampai ke alam mimpi..keren cerpennya
BalasHapusMampir juga ya ke ikan versi saya Mbak
Aku suka kisah mimpi ini.
BalasHapusLhoooo.. Ikan gorengnya cm mimpi..hahaha..
BalasHapusAsiiiik mb ceritanya..semangaaat berkarya, kt tunggu karya2 berikutnya...
๐๐๐๐ keren
BalasHapusKaryanya sudah mengalir, yang membaca terbawa situasi dan kondisi imajinasi penulis..
BalasHapusCerpennรฝa kereeeen
BalasHapusCerpennya kereeennn....
BalasHapusWoow, keren ceritanya... Sampe2 aku ikut nyesel karena beliaunya gak jd interview
BalasHapusKu kira tadi beneran
BalasHapus