Sabtu, 21 Mei 2022

Hujan di Sekolah






Bel pulang sekolah telah berbunyi, Rani mengerutkan kening sambil menatap hujan yang turun, 
"Kamu ndak pulang Ran" tanya Siska sahabatnya
"Nanti dulu nunggu hujan agak reda, aku ndak bawa payung dan kresek untuk tempat tas dan sepatuku" kata Rani 
'Ya sudah, kalau gitu aku duluan ya" kata Siska meninggalkan Rani 
Rani melihat beberapa temannya nekat menerobos derasnya hujan. Sebenarnya dia ingin sekali menerobos hujan seperti teman-temannya, tetapi dia enggan melakukannya. Rani teringat pertama kali dia ikut teman-temannya menerobos hujan yang sangat lebat, untunglah saat itu dia menemukan tas kresek yang besar cukup untuk menyimpan tas sekolah dan sepatu supaya tidak terkena air hujan. Setelah sampai di rumah, Rani segera mandi tetapi tak berapa lama tiba-tiba badannya panas, meriang dan flu berat melandanya. Setelah itu Rani tidak berani lagi menerobos hujan.
Beberapa teman menyapa dan mengajaknya pulang, tapi Rani menolaknya.

Suasana sekolah mulai sepi namun  hujan juga masih belum menampakkan tanda- tanda akan reda. Rani berjalan menuju bangku yang ada di depan sebuah kelas dan duduk disana. Perutnya mulai berbunyi, 
"Untunglah tadi aku sudah membeli roti di kantin sekolah" bisiknya dalam hati, pada saat akan memakan roti itu tiba-tiba ada seorang anak laki-laki kecil duduk di sebelahnya. Usianya berkisar antara 9 sampai 10 tahun, beberapa bagian tubuhnya basah terkena air hujan. Rani mengambil tisu yang selalu siap di dalam tasnya, diberikannya tisu itu pada anak laki-laki itu,
"Ini dek, seka badanmu dengan tisu ini" ujarku lagi
"Terima kasih kak" kata anak itu sambil menyeka tubuhnya yang basah
" Namamu siapa, rasanya aku belum pernah melihatmu" tanya Rani lagi
" Aku anak pak Salim kak, memang aku jarang keluar. Aku keluar kalau sekolah sudah agak sepi, kata ayah kalau jam-jam sekolah aku tidak boleh keluar karena nanti mengganggu kakak-kakak yang sedang belajar" Rani mengangguk-angguk mendengar penjelasan anak kecil itu.

Pak Salim adalah tukang kebun sekolah. Rumahnya tidak jauh dari sekolah, Pak Salim adalah orang yang baik, ramah dan suka membantu tak heran bila semua siswa di sekolah mengenal Pak Salim 
"Oya namamu siapa, namaku Rani" kata Rani sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan anak itu.
"Namaku Bima kak, kenapa kakak belum pulang" kata Bima sambil menjabat tangan Rani
"Masih hujan, aku ndak bawa payung" ujar Rani sambil memperhatikan wajah Bima 
"Apakah kamu sakit Bim, kenapa wajahmu pucat sekali. Kalau kamu sakit, aku antar kamu pulang" kata Rani agak khawatir melihat wajah Bima yang pucat
"Aku tidak apa-apa kak, aku cuma belum makan karena tadi keasyikan main sama teman-teman akhirnya jadi lupa kalau belum makan" kata Bima tersenyum 
"Ini, kebetulan aku punya roti 2, ayo kita makan bersama-sama" kata Rani menyodorkan rotinya
"Terima kasih ya kak, kakak baik sekali" Rani menangguk

Tak berapa lama mereka asyik menikmati roti sambil melanjukan bercakap-cakap 
"Kamu kenapa tidak sekolah Bima" tanya Rani lagi
"Kakak lupa ya, hari ini siswa kelas VI SD kan sedang ujian, jadi adik kelasnya diliburkan" kata Bima menjelaskan. Rani mengangguk-angguk  tanda mengerti
Sekilas Rani melihat kalau Bima sama dengan pak Salim yang ramah pada semua orang. Terbukti baru saja kenal, tetapi cara mereka ngobrol terlihat seperti sudah kenal sebelumnya. Bima bercerita kalau dia sangat di sayangi oleh ayah dan ibunya, tapi dia yang selalu nakal dan tidak menuruti perintah ibunya, dia bilang sebenarnya hari ini dia tidak di perbolehkan keluar rumah oleh ibunya karena sudah mendung dan sebentar lagi hujan akan datang, tapi Bima nekat keluar karena teman-temannya sudah menunggunya bermain. Sekarang Bima menyesal karena tidak menuruti perintah ibunya. Ada raut kesedihan dari wajah Bima 

"Syukurlah kalau kamu sudah menyadarinya Bim. Maksud orang tua melarang karena sayang dan tidak ingin terjadi apa-apa pada anaknya" kata Rani menjelaskan
"Sebentar lagi pasti hujannya reda Bim, tenang saja aku akan antar kamu pulang" kata Rani menenangkan
"Iya kak, terima kasih " kata Bima 
"Kamu mau minuman hangat?" tanya Rani lagi, dia melihat Bima sepertinya kedinginan. Sudah sekitar 1 jam mereka menunggu hujan reda. 
"Boleh kak" kata Bima
"Kamu tunggu disini ya, kakak belikan dulu"  Rani bergegas menuju kantin dan memesankan minuman untuk Bima. Hujan mulai mereda, tinggal gerimis kecil saja yang masih tersisa. Setelah minuman siap Rani segera kembali, sesampai di bangku itu ternyata Bima sudah tidak ada. Rani mencari dan memanggil-manggil nama Bima, tetapi Bima tidak kunjung datang. Akhirnya Ranipun pulang.

Keesokan harinya pada saat istirahat, Rani melihat Pak Salim sedang membersihkan dan menata tanaman. Rani segera mendekati Pak Salim
"Saya boleh bantu pak?" tanya Rani dan segera membantu pak Salim mencabuti rumput menggunakan peralatan yang dibawa Pak Salim.
"Tidak usah neng, nanti tangan neng kotor. Ayo cuci tangan saja" kata Pak Salim sambil mengajak Rani mencuci tangannya
"Tidak apa-apa pak, saya bantu bapak aja lagi pula saya juga tidak ada kegiatan" Rani menolak
"Ya sudah kalau begitu neng"
Rani mencabut rumput sambil bercerita pada Pak Salim kalau kemarin siang dia bertemu dengan Bima yang sedang kehujanan. Rani juga bercerita kalau Bima menyesal karena selama ini tidak menuruti nasihat orang tuanya. Saat mendengar penuturan Rani, seketika Pak Salim menghentikan aktifitasnya beliau memandang Rani seakan-akan tidak percaya dengan yang Rani sampaikan. 
"Maaf, neng Rani ketemu Bima dimana" kata Pak Salim menyelidik
"Di bangku sana pak" kata Rani sambil menunjuk bangku yang kemarin mereka pakai duduk bersama
" Ooww disana" kata Pak Salim menundukkan kepala
"Ada apa pak? kemarin Bima kedinginan lalu saya ke kantin membelikan Bima minuman hangat. Waktu saya kembali, saya lihat Bima sudah tidak ada" kata Rani menjelaskan
"Tidak apa-apa neng, tapi maaf sebenarnya Bima sudah meninggal 8 tahun yang lalu"
Rani terkejut, alat pencabut rumput jatuh dari tangannya. Tiba-tiba dirasakannya merinding di sekujur tubuhnya dan setelah itu dia pingsan. 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jurnalisme Kebangsaan Sesi Kolaborasi dengan Prof. Eko Indrajit

                 Nama saya Purbaniasita, biasa dipanggil Sita. Saya adalah seorang guru Bimbingan Konseling (BK) di SMA Negeri 2 Malang. Ino...